Wednesday, April 24, 2013

gus dur


Dalam sejarah pemikiran tercatat bahwa tidak ada satu pun pemikiran yang lahir begitu saja di luar konteks ruang dan waktu di mana pemikiran itu tumbuh.[1]Setiap corak pemikiran akan mencerminkan produk zamannya yang terikat oleh dimensi ruang dan waktu, serta hal-hal yang berpengaruh di dalamnya, sehingga pemikiran itu menjadi sintesis antara kesinambungan dan perubahan.[2] Hal itu juga menjadikannya potensi, bagi sebuah proses pembaruan yang orisinal dan sesuai dengan zamannya.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Gus Dur, proses pembentukan ajarannya tidak asal jadi, melainkan melalui proses ruang dan waktu yang sangat panjang,  bahkan sejak masih di pesantren Gus Dur sudah dikenalkan dan bergesekan dengan dunia Tasawuf.

 
Gus Dur paham betul terhadap problematika tasawuf dari segi ilmu maupun praktiknya. Misalnya di Indonesia, ia dengan tegas menyatakan perbedaannya dengan Alwi Shihab, sangat jelas sekali dalam mengkritik buku yang telah ditulisnya, meskipun hal ini dilakukan Gus Dur dalam memberikan kata pengantar buku yang ditulis Alwi Shihab. Berikut pernyataannya[3]:


No comments:

Post a Comment