Dalam sejarah pemikiran tercatat bahwa tidak ada
satu pun pemikiran yang lahir begitu saja di luar konteks ruang dan
waktu di mana pemikiran itu tumbuh.[1]Setiap
corak pemikiran akan mencerminkan produk zamannya yang terikat oleh
dimensi ruang dan waktu, serta hal-hal yang berpengaruh di dalamnya,
sehingga pemikiran itu menjadi sintesis antara kesinambungan dan
perubahan.[2] Hal itu juga menjadikannya potensi, bagi sebuah proses pembaruan yang orisinal dan sesuai dengan zamannya.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Gus Dur, proses
pembentukan ajarannya tidak asal jadi, melainkan melalui proses ruang
dan waktu yang sangat panjang, bahkan sejak masih di pesantren Gus Dur
sudah dikenalkan dan bergesekan dengan dunia Tasawuf.